Kisah Nabi Adam

Kisah Nabi Adam As.

1. Nadi Adam As.

Sebelum Nabi Adam diciptakan, Allah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Langit dan bumi oleh Allah diciptakan dalam waktu enam hari atau masa. Sedangkan satu hari atau satau masa di sisi Allah sama dengan seribu tahun menurut perhitungan manusia. Allah Maha Kuasa apabila menghendaki sesuatu cukup berfirman, “Kun” (Jadilah!) maka jadilah apa yang diinginkan-Nya.

Penciptaan Malaikat

Sesudah menciptakan langit dan bumi Allah menciptakan makhluk yang bernama malaikat. Malaikat dibuat dari nur atau cahaya. Malaikat diciptakan sebagai mahkluk yang tunduk dan patuh, senantiasa berbakti kepada-Nya. Sama sekali tidak pernah durhaka kepada-Nya.

Malaikat tidak mempunyai nafsu, tidak makan dan tidak tidur. Tidak melakukan perbuatan dosa. Tidak berjenis laki-laki atau perempuan dan mempunyai alam tersendiri, yaitu alam ghaib yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Jin dan Iblis diciptakan dari api yang sangat panas, sebelum manusia.

15:27

Artinya:
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Qs. Al-Hijr: 27)

Ia mempunyai jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Jin ada yang patuh dan ada yang ingkar kepada perintah Allah. Jin yang ingkar dan membangkan perintah Allah disebut iblis dan setan.
Iblis dan keturunannya adalah makhluk yang sangat durhaka dan jahat. Tidak ada kebaikannya sama sekali. Pekerjaan iblis dan setan adalah menggoda manusia agar tersesat dan jatuh dalam lembah dosa.
Permintaan iblis untuk hidup di dunia sampai hari kiamat dikabulkan Allah. Sebab dahulu iblis adalah makhluk yang pernah patuh kepada Allah. Jadi perpanjangan umur bagi iblis hingga hari kiamat adalah sebagai balasan bagi kebaikannya di masa lalu sebelum diciptakannya Nabi Adam. Setelah Nabi adam diciptakan oleh Allah, iblis menjadi makhluk pembangkang

Penciptaan Nabi Adam As.

Sesudah langit dan bumi, malaikat dan jin atau iblis diciptakan. Maka Allah hendak menciptakan makhluk yang akan diperintah untuk mengelola bumi, yaitu Adam. Kisah penciptaan Adam diawali dengan dialog antara Allah dan para malaikat-Nya. Allah swt. memberitahukan kepada para malaikat bahwa Allah akan menciptakan khalifah di muka bumi.

Para malaikat mengira lalai dalam menjalankan tugasnya maka mereka berkata kepada Allah: “Mengapa Engkau hendak menciptakan manusia? Padahal mereka hanya akan berbuat kerusakan di atas bumi. Mereka akan saling bermusuhan dan berbunuhan. Bukankah kami para malaikat senantiasa patuh dan mengagungkan nama-Mu?”

Untuk melenyapkan kehawatiran para malaikat itu, Allah kemudian berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Para malaikat bungkam mendengar penegasan Allah itu. Bukankah Allah maha mengetahui atas segala sesuatu? Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an:



Artinya:
“Igatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Qs. Al-Baqarah: 30)

Demikian Allah kemudian menciptakan Adam dari tanah liat dan lumpur hitam. Setelah terbentuk kemudian dimasukkan roh ke dalamnya. Adam pun kemudain hidup. Bisa berdiri tegak. Adam adalah manusia pertama sekaligus Nabi pertama di muka bumi. Setelah penciptaan Adam, Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud sebagai pernyataan hormat dan ucapan selamat atas terciptanya Adam.

Hanya Iblis yang tidak mau bersujud. Ia membangkang perintah Allah. Allah bertanya, “Apakah yang membuat engkau tidak mau bersujud kepada Adam?”
“Saya lebih baik dari Adam. Engkau ciptakan saya dari api sedangkan Adam hanya dari segumpal tanah.” Kata iblis menyombongkan diri.”
Yang berpendapat api lebih baik daripada tanah adalah iblis sendiri. Padahal hanya Allah lah yang Maha Tahu siapa yang lebih mulia di antara makhluk ciptaan-Nya.
Allah murka mendengar jawaban Iblis, “Hai Iblis keluarlah engkau dari syurga. Sungguh tidak patut kau tinggal di sini lagi dan terkutuklah engkau selama-lamanya!” Iblis berkata, “Wahai Tuhan! Engkau kutuk dan Engkau usir aku dari syurga karena Adam. Saya rela. Tapi kabulkanlah permohonan saya untuk hidup lama hingga hari kiamat nanti.”

Permohonan Iblis dikabulakan bahwa ia akan dibiarkan hidup sampai hari kiamat tiba. Iblis kemudian bersumpah, “Ya Tuhan, karena Engkau telah menghukum saya sebagai yang tersesat; maka saya akan menghalang-halangi Adam dan keturunannya dari jalan-Mu yang lurus. Saya akan mendatangi untuk menggoda mereka dari muka dan belakang dari kiri dan dari kanan!”
Itulah sumpah Iblis. Ia bertekad akan menyesatkan Adam dan keturunannya agar mereak menjauhi perintah Allah, berbuat kekacauan di muka bumi, saling bermusuhan dan berbunuhan satu sama lain.
Allah menceritakan hal ini dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya:

15:27

15:28


15:30

15:31
15:32
15:33
15:34
15:35
15:36
15:37
15:38
15:39









Artinya:
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796]. Maka bersujudlah Para Malaikat itu semuanya bersama-sama. Kecuali iblis. ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu. Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?". berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena Sesungguhnya kamu terkutuk. Dan Sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat". Berkata Iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) Maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan[797]. Allah berfirman: "(Kalau begitu) Maka Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang diberi tangguh. Sampai hari (suatu) waktu  yang telah ditentukan[798]. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis [799] di antara mereka". (Qs. Al-Hijr: 27-40)

[796] Dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.
[797] Maksudnya iblis memohon agar Dia tidak diazab dari sekarang melainkan diberikan kebebasan hidup sampai hari berbangkit.
[798] Yakni waktu tiupan pertama tanda permulaan hari kiamat.
[799] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah swt.
Adam Diajari Berbagai Macam Ilmu Pengetahuan
Allah menciptakan Adam sebagai khalifah di muka bumi. Tentunya seorang khalifah harus berilmu pengetahuan yang luas. Oleh karena itu setelah penciptaannya, Adam As. diajari oleh Allah berbagai macam ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam rangka mengemban amanah ilahi menegakkan kalimat tauhid di muka bumi.

Allah mula-mula mengajarkan kepada Adam nama-nama benda yang dilihatnya, karena itu adalah pengetahuan pokok yang nanti diperlukannya untuk mengatur dan memelihara bumi.
Kepada para malaikat. Allah ingin membuktikan kemampuan Adam As. untuk mengatur dan memelihara bumi. Allah berfirman kepada para malaikat, “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu!” Malaikat menjawab: “Maha Suci Engkau ya Allah. Tidak ada yang kami ketahui selain apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Hanya Engkaulah yang mengetahui segala-galanya.” Lalu Allah berfirman kepada Adam As.: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama benda-benda itu!”
Adam kemudian menyebut nama benda-benda yang diketahuinya. Para malaikat kagum. Mereka memberi hormat sehormat-hormatnya. “Bukankah sudah Kukatakan. Aku mengetahui rahasia langit dan bumi. Aku lebih mengetaui apa yang tidak kamu ketahui” firman Allah kepada para malaikat. Para malaikat lalu memuja dan mengagungkan Allah. Mereka menaruh hormat kepada Adam. Ternyata Adam telah mengetahui apa yang belum mereka ketahui. Allah menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya:












Artinya:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!".  Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Qs. Al-Baqarah: 31-32)

Allah kemudian memberikan Adam sebuah tempat yang nyaman dan sentosa, yaitu syurga. Tempat itu indah permai. Segala kebutuhan hidup telah tersedia. Kebun syurga penuh dengan buah-buahan yang rasanya lezat, air sungainya jernih dan berbau harum, pohon, tumbuhan dan rumput seperti ditata rapi, teduh dan nyaman sekali.
Sebenarnya tempat itu sangat menyenangkan, Adam berkeliling menjelajahi kebun-kebun dan taman-taman, tapi Ia merasa kesepian karena tidak mempunyai kawan.

Diciptakan Hawa Sebagai Pendamping Adam

Adam merasa kesepian karena tak mempunyai teman atau pasangan. Padahal Ia melihat semua bintang di syurga itu hidup berpasang-pasangan. Rasa sepi dan sedih membuatnya letih. Adam pun tertidur pulas di bawah pohon yang teduh. Allah Maha Tahu, Ia mengetahui pula yang tergerak di hati Adam, yaitu ingin mempunyai teman. Maka selagi Adam tidur, Allah menciptakan manusia lagi yang diambil dari tulang rusuk Adam sendiri.

Manusia itu lain jenisnya dengan Adam. Ia adalah seorang wanita. Dan dinamakan Hawa.
Ketika Adam bangun dari tidurnya, Ia pun terkejut. Adam mengusap-usap matanya, seakan tak percaya. Ia melihat seseorang duduk di sampingnya. Wanita itu indah, cantik dan menakjubkan. “Siapakah engkau? Mengapa berada di sini?” tanya Adam. Dengan tersenyum Hawa menjawab, “Aku adalah Hawa yang diciptakan untuk menjadi teman hidupmu.”

Betapa gembira hati Adam mendengar jawaban itu. Ia memuji dan bersyukur kepada Allah yang telah mengabulkan keinginannya sehingga Ia tidak merasa kesepian lagi. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

7:189

Artinya:
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar Dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah Dia merasa ringan (Beberapa waktu). kemudian tatkala Dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi Kami anak yang saleh, tentulah Kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (Qs. Al-A’raf: 189)

Surga Tempat Tinggal Adam
Para ulama berbeda pendapat mengenai syurga yang disebutkan dalam Al-Qur’an dimana Allah menempatkan Adam dan dari sana Adam disuruh turun, apakah berada di langit atau di bumi.
Pendapat yang utama adalah, bahwa syurga ini berada di bumi, karena Allah swt. menciptakan Adam sebagai khalifah di bumi. Kemudian Allah meggambarkan syurga yang dijanjikan di langit sebagai syurga Khuldi. Andaikan syurga itu yang menjadi tempat kediaman Adam, tidaklah iblis berani berkata kepada Adam sebagaimana firman Allah:



Artinya:
“Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi[948] dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (Qs Thaha: 120)

[948] Pohon itu dinamakan Syajaratulkhuldi (pohon kekekalan), karena menurut syaitan, orang yang memakan buahnya akan kekal, tidak akan mati, pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al Quran dan Hadist tidak menerangkannya. ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120, tapi itu adalah nama yang diberikan syaitan.

Surga Khuldi adalah tempat kenikmatan dan bukan tempat paksaan atau larangan, sedang Allah telah memaksa Adam dan Hawa agar tidak makan buah khuldi. Surga Khuldi yang berada di langit adalah tempat kekekalan bagi siapa yang masuk ke dalamnya, disediakan bagi orang yang bertakwa.

Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga, dimana mereka berada, pastilah itu bukan yang dijanjikan di dalam Al-Qur’an bagi kaum mukminin. Karena syurga, yang disediakan bagi orang mukmin adalah surga yang kekal, dalam arti penghuninya tidak akan keluar  darinya.

Alasan lainnya adalah, bahwa iblis ketika menolak untuk sujud, Ia pun dikutuk dan dikeluarkan dari syurga, maka seandainya ini adalah syurga khuldi, tentulah iblis yang mendapatkan Allah tidak bisa masuk kembali untuk menggoda Adam dan Hawa.

Jadi jelaslah bahwa syurga yang diperuntukan Allah bagi Adam bukanlah syurga khuldi yang berada di langit, dan bukan tidak mungkin bahwa syurga yang diperuntukan Allah bagi Adam letaknya tinggi di atas tempat-tempat lain di bumi dan mempunyai pohon-pohon, buah-buahan dan naungan-naungan serta kenikmatan, sebagaimana yang digambarkan Allah dengan firman-Nya:








Artinya:
“Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya".” (QS. Thaha: 118-119)
Dari ayat di atas jelaslah bahwa dalam syurga yang kekal (khuldi), penghuninya tidak akan merasa lapar dan dahaga, tidak akan telanjang dan terkena panas matahari. Nabi Adam pada saat di syurga dimana Ia ditempatkan oleh Allah, merasa lapar dan dahaga, serta terlepas pakaiannya (telanjang) setelah makan buah khuldi.
Pendapat lain mengatakan bahwa syurga tempat Nabi Adam berada, adalah syurga khuldi dan berada di langit berdalil pada firman Allah swt.



Artinya:
“Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! ...". (Qs. Al-Baqarah: 38)
Namun, makna dari kata “Ihbitu” dapat berarti “berpindah” atau “pergi” sebagaimana tersebut dalam firman Allah:


 
Artinya:
“... Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta...".  (Qs. Al-Baqarah: 61)

Godaan Iblis dan Turunya Adam ke Bumi

Sejak pembangkangan Iblis terhadap perintah Allah untuk bersujud kepada Adam, Allah menetapkan bahwa Iblis adalah musuh Adam dan keturunannya. Iblis pun berjanji hendak menjerumuskan Adam dan keturunannya kepada kesesatan. Allah secara tegas mengingatkan kepada Adam harus berhati-hati terhadap tipu dayanya sehingga tidak tergoda dan terjerumus ke dalam kesesatan.

Iblis telah bersumpah untuk menyesatkan Adam dan keturunannya. Ia berdaya upaya agar Adam terusir dari syurga. Pada suatu ketika Ia berhasil masuk syurga. Kebetulan pada saat itu Adam dan Hawa sedang merasa haus dan lapar. Iblis datang sambil berkata. “Hai Adam, tampaknya kau dan istrimu sedang lapar dan haus. Makanlah buah di hadapanmu  itu. Lihat warnanya begitu indah dan segar, baunya pun sangat harum tentu rasanya sangat lezat.”
Adam tahu, buah di hadapannya memang tampak lain dari pada yang lain. Tapi buah itu adalah buah larangan. Iblis membujuk Hawa tapi Hawa juga tak berani memakan buah itu.
Iblis kecewa dan merasa sakit hati. Tapi Ia tidak putus asa. Pada suatu saat ia mendekati Adam lagi. Kali ini Ia berkata. “Mengapa Tuhan melarangmu memakan buah ini? Tak lain agar kalian tidak jadi malaikat. Sebab jika kalian makan buah itu kalian akan menjadi penghuni kekal di syurga ini. Percayalah, aku adalah seorang teman yang memberi nasihat baik.” Pendirian Adam tak tergoyahkan. Ia tetap tak mau menuruti godaan Iblis untuk memakan buah khuldi.

Pada suatu kesempatan Iblis datang lagi. Ia memilih waktu tepat. Adam dan Hawa baru saja berjalan-jalan keliling syurga. Mereka kelelahan. Saat itulah Iblis berkata, “Hai Adam, ketahuilah sebenarnya hanya buah itu para malaikat akan mengalami hidup kekal tanpa mengalami kematian.”

Adam dan Hawa mulai mendengar perkataan Iblis. “Kami telah mendengar rahasia Allah sebelum kalian diciptakan” sambung Iblis. “ Bahwa kalian takkan hidup lama. Beberapa waktu lagi kalian akan dimatikan. Nah jika kalian ingin hidup kekal abadi di syurga ini makanlah buah itu, rasanya sungguh lezat tak ada duanya di syurga ini. Sungguh bodoh jika kalian tidak mau menerima nasihatku ini.”

Adam dan Hawa mulai tertarik. Iblis meneruskan bujukannya, “Aku bersumpah di hadapan kalian. Demi Allah aku sebenarnya hanya memberi nasihat, karena aku merasa kasihan pada kalian berdua. Larangan Tuhan itu tak lain adalah supaya kalian tidak bisa hidup kekal di syurga ini”
Hawa yang terkena bujukan Iblis itu berkata kepada Adam. “Rupanya ia benar ucapan Iblis itu. Ia telah bersumpah dengan nama Allah. Hawa yang lemah hatinya kemudian menghampiri pohon buah khuldi dan memetik buahnya. Pada saat itu Adam dan Hawa, sedang merasa lelah, haus dan lapar. Terlebih setelah mendengar ucapan Iblis bahwa buah khuldi itu rasanya paling lezat si syurga. Keduanya pun lupa pada peringatan Allah. Keduanya lalu memakan buah itu. Rasanya memang lezat hingga keduanya lupa pada larangan Allah. Allah mencela perbuatan mereka dan berfirman: “Bukanlah Aku telah melarang kamu, berdua mendekati pohon itu, dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syetan itu adalah musuhmu yang nyata.”
Allah menceritakan hal ini dalam Al-Qur’an, firman-Nya:



















Artinya:
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)". Dan Dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah Termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua." (Qs. Al-Araf: 20-22)

Adam dan Hawa pun sangat menyesal. Terlebih setelah mereka memakan buah khuldi, aurat mereka pun terbuka. Lalu mereka berlarian kesana-kemari sambil menutupi auratnya dengan dedaunan surga. Mereka sangat malu dan takut mendengar firman Allah.
Namun akhirnya Adam dan Hawa sadar bahwa mereka tak mungkin dapat menyembunyikan diri dari hadapan Allah Yang Mahatahu dan Maha Melihat. Adam dan Hawa pun meminta ampun kepada Allah swt:



Artinya:
“Keduanya berkata: ‘Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi’.” (Qs. Al-Araf: 23)

Allah memiliki nama-nama Asmaul Husna. Maha Pengasih dan Maha Pengampun, taubat adam dan hawa diterima, keduanya diampuni Allah. Allah swt. berfirman:



Artinya:
37. “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat[40] dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Baqarah: 37)

[40] Tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran) dari Allah yang diterima oleh Adam sebahagian ahli tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk bertaubat.
Tetapi atas kesalahan itu mereka harus keluar dari surga yang penuh dengan kenikmatan. Hal ini sudah sesuai dengan kehendak Allah yang memang menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, sebagai penghuni dan pengatur planet bumi. Allah swt. berfiman:



Artinya:
Allah berfirman: ‘Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan’.” (Qs. Al-Araf: 24)

Demikianlah Adam dan Hawa harus turun dari surga. Sewaktu diturunkan ke Bumi keduanya berada di tempat yang terpisah amat jauh. Konon Adam diturunkan di Tanah Hindia, sedang Hawa di Tanah Arab.
Di Bumi mereka harus menghadapi tantangan berat untuk mempertahankan kehidupan. Wajah bumi yang belum tersentuh tangan manusia keadaannya sangat menyeramkan. Gunung-gunung menjulang tinggi, jurang-jurang terjal menganga lebar, pohon-pohon raksasa tumbuh berserakan, bintang-bintang buas baik yang besar maupun yang kecil berkeliaran di mana-mana. Untuk melindungi tubuhnya dari hawa dingin dan sengatan serangga, Adam dan Hawa memakai kulit binatang untuk pakaiannya.

Selama bertahun-tahun keduanya saling mencari dan berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya. Perjalanan yang di tempuh sangat sukar dan penuh bahaya. Derita dan sengsara benar-benar mereka rasakan. Akhirnya mereka bertemu di padang Arafah. Setelah saling mencari selama 40 tahun.
Betapa terharu Adam melihat keadaan istrinya yang telah kepayahan. Sengsara menapak jalan yang sulit dan kejam. Mereka berpelukan, menangis penuh haru.

Kini mulailah babak baru bagi kehidupan cikal bakal anak manusia. Adam dan Hawa tinggal di sebuah gua yang besar dan lebar. Gua itu terletak di daratan yang tinggi sehingga tidak mudah diserang oleh binatang buas. Dengan bekal yang telah diberikan Allah, Adam mulai mengelola alam di sekitarnya. Ia menjinakan binatang untuk diternakan, mengolah lahan pertanian dan perkebunan buah-buahan. Tantangan alam yang keras telah menggerakan akal pikiran Adam agar dapat mempertahankan kehidupan dengan keadaan yang lebih baik.

Apakah karena kesalahan Nabi Adam sehingga seluruh umat manusia harus menderita hidup di dunia ini? Bukan? Nabi Adam memang diciptakan oleh Allah sebagai khalifah atau pengelola Bumi dan isinya. Hanya saja, setelah diciptakan Nabi Adam ditempatkan di surga, setelah itu beliau harus ke tempat tujuannya yaitu Bumi. Sungguh Allah Maha Tahu segalanya baik masa yang akan datang maupun masa sebelumnya.

Namun dari sini kita harus pandai-pandai dan waspada terhadap bujuk rayu Iblis dan setan. Mereka akan berusaha dengan segala macam cara untuk menjuruskan manusia ke lembah dosa. Salah satu jurus Iblis yang paling ampuh untuk meruntuhkan iman manusia ialah menjadikan baik suatu perbuatan maksiat atau dosa dalam pandangan manusia. Padahal dosa adalah dosa, maksiat adalah maksiat, barang tetap haram ini sudah jelas, jika dilanggar berarti kita menuruti bujukan setan yang menjadi musuh nyata bagi semua umat manusia. Bukan setannya yang nyata tapi ucapan dan perbuatan yang bertentangan dengan Agama itulah yang nyata dan dapat dipahami oleh manusia agar menghindarinya.

Kisah Qabil dan Habil dan Perkawinan di Zaman Nabi Adam As.

Adam dan Hawa, sebagai suami istri, sebagai manusia pertama, dan sebagai nenek-moyang kita, hidup rukun bersama. Tiap kali melahirkan, Siti Hawa selalu melahirkan anak kembar yang terdiri dari laki-laki dan perempuan sampai sepuluh kali. Pada kehamilan yang kesebelas, yakni yang terakhir, Siti Hawa hanya melahirkan satu anak laki-laki yang diberi nama Syits, yang kemudian menjadi Nabi. Dengan demikian, anak-anak berjumlah 21, terdiri atas 10 perempuan dan 11 laki-laki.

Dibawah asuhan ayah ibunya yang penuh dengan rasa cinta kasih, tumbuhlah anak-anak mereka dengan cepatnya. Nabi Adam dan Hawa tidak membeda-bedakan kasih sayang di antara anak-anaknya.
Ketika menginjak usia dewasa. Allah memberi petunjuk kepada Nabi Adam agar mengawinkan putra-putrinya. Qabul dinikahkan dengan adik Habil yang bernama Labuda. Sedang Habil dinikahkan denga adik Qabil yang bernama Iqlima. Inilah syariat yang telah ditentukan Allah. Cara ini disampaikan Nabi Adam kepada putra-putrinya. Namun Qabil menolaknya mentah-mentah. Ia tidak mau dinikahkan dengan Labuda yang berwajah tidak secantik adinya sendiri yaitu Iqlima.

Ini adalah perselisihan pertama kali yang melahirkan permusuhan dan pertumpahan darah. Ini adalah bukti kebenaran firman Allah swt. ketika Adam terusir dari surga bahwa akan terjadi perselisihan dan permusuhan diantara anak cucu Adam.

Rupanya Qabil telah termakan bujukan Iblis, ia lebih memperturutkan hawa nafsu daripada akalnya. Ia tidak mau menerima syariat yang ditetapkan Nabi Adam.

Nabi Adam adalah ayah yang bijaksana. Ia terus menasihati Qabil agar menerima keputusan yang berasal dari Allah. Namun Qabil tetap menolak, akhirnya Adam memerintahkan kepada Qabil dan Habil mempersembahkan qurban. Biarlah Allah sendiri yang akan menentukan masalah itu.

Maka dengan disaksikan seluruh anggota keluarga Adam, Qabil dan Habil mempersembahkan qurban di atas bukit. Qabil mempersembahkan hasil pertaniannya. Ia sengaja memilih hasil gandum dari jenis yang jelek. Sedangkan Habil mempersembahkan seekor kambing terbaik dan yang paling ia sayangi. Dengan berdebar-debar mereka menyaksikan dari jauh. Tak lama kemudian nampak api besar menyambar kambing persembahan Habil. Sedangkan gandum persembahan Qabil tetap utuh, berarti qurbannya tidak diterima.
Qabil sangat kecewa melihat kenyataan itu. Ia terpaksa menerima keputusan itu. Padahal hatinya tetap tidak mau menerimanya. Maka berlangsunglah perkawinan itu. Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.
Hari-hari berlalu. Iblis datang merasuki pikiran Qabil. Ia membisikan sesuatu. Bahwa jika Qabil dapat membunuh Habil tentulah ia akan dapat mengawini Iqlima yang cantik jelita. Hal ini terus menerus dilakukan oleh iblis tanpa jemu dan bosan.

Pada dasarnya nafsu Qabil memang ingin memiliki Iqlima, maka ia turuti bisikan Iblis itu. Pada suatu hati, ketika Habil menggembalakan ternaknya di tempat yang sepi. Jauh dari pemukiman Nabi Adam dan Hawa, tiba-tiba tanpa setahu Habil saudaranya itu memukul kepalanya dengan keras seklai. Maka matilah Habil. Inilah pembunuhan pertama atas umat manusia di bumi. Iblis tertawa kesenangan, ia sudah mempunyai teman. Allah menceritakan hal ini dalam Al-Qur’an:

























Artinya:
27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
28. "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."
29. "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."
30. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.
(Qs. Al-Maidah: 27-30)

Setelah Habil mati, Qabil merasa kebingungan. Diguncang-guncangkan tubuh saudaranya itu, tentusaja tak mau bergerak. Lalu ia bawa kesana-kemari. Ia benar-benar kacau, tak tahu harus dikemanakan mayat saudaranya itu. Ia merasa menyesal, air matanya berlinang.
Pelajaran dari Burung Gagak
Pada saat Qabil kebingungan, Allah memberikan ilham melalui burung gagak. Ada 2 ekor burung gagak yang berebut hendak mematuk mayat Habil. Burung gagak itu bertarung, salah seekor tewas dalam pertarungan itu. Lalu burung gagak yang masih hidup menggali tanah. Burung gagak yang mati ditarik ke dalam tanah dan ditimbuninya.


Artinya:
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya[410]. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (Qs. Al-Maidah: 31)

[410] Dipahami dari ayat ini bahwa manusia banyak pula mengambil pelajaran dari alam dan jangan segan-segan mengambil pelajaran dari yang lebih rendah tingkatan pengetahuannya.
Demikian riwayat Qabil yang akhirnya dapat menguburkan mayat saudaranya, Habil dengan demikian, Qabil menjadi orang pertama yang membunuh sesamanya, sedangkan Habil menjadi orang pertama yang terbunuh oleh sesamanya di muka bumi ini.
Nabi Adam As. wafat dalam usia seribu tahun, dan setahun kemudian wafat pula istrinya (Hawa). Sebagian riwayat mengatakan, bahwa Nabi Adam As. dimakamkan di Makkah, berdekatan dengan makam istrinya. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan: “Sesungguhnya Allah Swt menciptakan Adam pada hari Jum’at, dan diturunkan ke bumi pada hari Jumat. Begitu pula ketika Nabi Adam bertobat kepada Allah setelah memakan buah terlarang (khuldi) pada hari Jum’at dan wafat pada hari Jum’at pula.”
Hikmah Kisah Nabi Adam

  1. Kita harus memahami diri kita sebagai Khalifah Allah, diberi amanah untuk mengatur, menjaga dan mengelola Bumi  dengan sebaik-baiknya.
  2. Kita harus waspada terhadap bujuk rayu syetan dan membentengi diri dengan iman dan amal shaleh.
  3. Manusia tidak dapat luput dari salah dan lupa. Kita harus segera sadar serta bertaubat serta mohon ampun kepada Allah bila melakukan dosa dan kesalahan. Juga senantiasa menjaga diri untuk tidak melakukan perbuatan dosa itu kembali.


0 Response to "Kisah Nabi Adam"

Post a Comment